Sinopsis:
Suro Sinting ingin mendapatkan Bunga
Puspajingga yang tumbuh di sebuah tebing gunung yang menjulang tinggi
mencakar angkasa. Bunga itu merupakan sarana untuk menyembuhkan kaki
ibunya yang lumpuh.
Untuk mendapatkan Bunga Puspajingga tidak
semudah membalikkan telapak tangan. Banyak pendekar berilmu tinggi juga
menginginkan bunga sakti itu.
Suro Sinting ingin mengalahkan
pasaing-pesaingnya yang sama-sama menginginkan bunga itu. Tak peduli
ketika harus bertarung dengan lawan-lawannya di tebing gunung yang
berada di atas jurang maut! Tak peduli meskipun yang menjadi
lawan-lawannya adalah para pendekar sakti yang berhati keji. Bahkan Suro
Sinting juga harus berhadapan dengan gerombolan perampok kejam yang tak
berperikemanusiaan!
Apa saja yang menghalang, akan diterjang.
Siapa saja yang menghadang, akan dimusnahkan. Semua akan dilakukan Suro
Sinting demi mendapatkan Bunga Puspajingga.
*
Suro Sinting terus berjalan menuju ke arah
timur dengan menyusuri hutan belantara. Hutan yang dipenuhi berbagai
jenis pepohonan lebat dan besar. Juga dipenuhi semak belukar yang lebat.
Sudah dua hari Suro Sinting meninggalkan
Kerajaan Kendobumi. Dia terus berjalan ke arah timur. Menuju Gunung
Sumbing yang puncaknya tampak dari kejauhan. Berdiri kokoh mengangkangi
bumi dengan tegarnya. Puncak gunung itu sudah tidak berasap, menandakan
bahwa gunung tersebut tidak berapi. Hanya ada awan dan kabut yang
menyelimuti puncak Gunung Sumbing.
Kala memandang puncak gunung yang berada
di kejauhan, mengingatkan Suro Sinting pada gurunya, Maeso Item. Maeso
pernah memberikan pengetahuan padanya tentang ’Ilmu Rumput dan Gunung.’
Sebuah ajaran moral yang selalu teringat di benak Suro.
”Setinggi-tinggi gunung masih tinggi
rumput,” demikian kata Maeso. Suro dalam benaknya membenarkan ajaran
gurunya. Ya, walau tinggi gunung bisa mencapai langit, tetap tinggi
rumput. Karena rumput tumbuh di atas gunung. Artinya, setinggi apa pun
pengetahuan manusia pasti masih ada yang melebihinya. Setinggi apa pun
ilmu silat yang dimiliki seorang pendekar, pasti ada pendekar lain yang
ilmu silatnya lebih tinggi.
Pengetahuan yang diajarkan Maeso kepada
Suro juga dapat diartikan bahwa sesuatu yang kelihatan besar kadang
malah dikalahkan sesuatu yang kecil. Sesuatu yang hanya mengandalkan
fisik atau tubuh besar kadang mudah dikalahkan oleh lawan yang
menggunakan akal budi. Padanannya adalah gajah yang besar dikalahkan
semut yang masuk dan menggigit dalam telinga gajah itu.
Tengah hari Suro menyusuri daerah
perbukitan yang berada di tepi hutan. Pendekar Rajah Cakra Geni itu
berhenti sejenak di bawah ponon rindang. Pandangannya jauh ke arah
timur, sedangkan mulutnya mengunyah buah maja merah. Buah yang manis dan
mengenyangkan.
Kembali Suro memandang ke puncak Gunung
Sumbing. Di tebing yang berada persis di puncak gunung itu terdapat
tanaman bunga yang disebut Bunga Puspajingga. Seperti yang dikatakan
Trinil Manis, bunga itulah yang dapat menyembuhkan kelumpuhan Niken
Sari, ibu Suro.
Masalahnya sekarang Suro belum tahu banyak
tentang Bunga Puspajingga. Kenapa bunga itu punya khasiat yang begitu
hebat sehingga mampu menyembuhkan kaki yang lumpuh akibat pukulan
Telapak Naga? Mengapa bunga itu hanya tumbuh di tebing Gunung Sumbing?
Apakah bunga tersebut tidak bisa tumbuh di puncak gunung lain?
Selain itu, Suro juga berpikir untuk
mencari jalan terdekat sehingga cepat sampai di Gunung Sumbing. Ingin
rasanya dia memetik bunga sakti itu, membawanya pulang, digunakan untuk
sembuhkan kaki sang ibunda, dan selesai. Tapi agar cepat sampai di kaki
gunung itu mesti lewat jalan mana ya? Apalagi di dekat tempatnya
istirahat ada dua jalan bercabang. Satu ke arah timur laut, sedangkan
satunya ke arah tenggara.
Lewat jalan arah tenggara atau timur laut?
Saking kerasnya berpikir, kepalanya berkeringat yang menimbulkan
gatal-gatal. Kontan saja tangannya garuk-garuk kepala!
Seseorang yang berjalan dari arah barat
berhenti di pertigaan. Dia seorang pendekar bernama Garjitalung. Sosok
pendekar muda berwajah tampan. Berpakaian warna coklat muda yang cerah.
Di pinggangnya terselip tombak pendek yang terbungkus sarung kulit
binatang warna hitam. Garjitalung melihat tingkah Suro yang garuk-garuk
kepala. Dahi Garjitalung berkerut, merasa asing dengan sosok pendekar
muda berpakaian serba putih hingga ikat kepalanya itu.
Suro menghentikan garuk-garuk kepala
ketika melihat seseorang memperhatikannya. Dia perhatikan sosok pendekar
tampan berpakaian rapi berikat kepala warna hitam.
__________ Kelanjutan cerita silat tersebut, langsung klik DI SINI ___________
Terima kasih sudah berbagi. Dan artikel ini memberikan cahaya di mana kita dapat mengamati realitas. Ini sangat bagus dan memberikan informasi rinci. Terima kasih atas artikel yang bagus ini
BalasHapusEVENT CALENDAR PLUGIN
क्या आप हिंदी में गेस्ट पोस्ट करना चाहते हैं? यहाँ publish guest post submit करने पर आपको एक dofollow backlink मिलेगा.
BalasHapusSpeed Worldwide Express in a best international courier in mumbai service that welcomes people and feels pleasure to introduce ourselves to your esteem companies. We have the most extensive domestic courier along with fastest international courier in Thane network in India, covering over 27,227 locations, and service more than 220 countries.
BalasHapus